Gerbang Penyambutan

Hidup ini singkat, namun bukan berarti hanya ada sedikit cerita indah di dalamnya. Hiasi setiap jengkal perjalanan hidup dengan niatan ibadah, dengan goresan kesan yang penuh makna mendalam, sebagai bahan renungan serta pengingat agar semakin bijak dan dewasa dalam melangkah, melanjutkan setiap helaan nafas yang tersisa. Karena waktu tiada mungkin akan pernah berputar balik, dia akan terus menghujam ke depan, tak menghiraukan insan-insan yang terlena dan lalai akan goda dunia.

Lewat galery maya ini, kucoba mengabadikan sedikit dari momen-momen berharga dalam hidup. Kapasitas memori dalam diri cuma terbatas untuk mengingat setiap peristiwa, bergulirnya waktu akan menghapus jejak-jejaknya, rangkaian kata-katalah yang akan kekal memprasastikannya.

33 thoughts on “Gerbang Penyambutan

  1. sedjatee

    serasa berkunjung kepada seorang pujangga… kata-kata yang merdu dan indah, menghanyutkan yang membaca… yesterday, love was such an easy game to play… hmm… pastilah seorang penggemar the beatles… sama donk… hehe…. salam sukses….

    sedj
    http://sedjatee.wordpress.com

  2. s22d

    Mas, jadi kepengen nih suatu waktu ketemu naik bis bareng njenengan, boleh tho…jadi penasaran nih..tulisan-tulisan tentang bis selalu enak untuk dibaca…dan ini yang selalu membuat saya pingin pulang kampung karena membacanya, tks

  3. didiksalambanu Penulis Tulisan

    Matur nuwun sampun mampir, Mas Sarkibun. Halah, masih tahap belajar menulis iki, Mas.
    Semoga dengan rajin mengasah kemampuan menulis, semakin meningkat pula kualitas tulisan kita. Itulah tekatku, Mas.

  4. Sugiarto

    Gak sengaja nemuin tulisan mas didik,saat di gugling dengan tag catatan perjalanan. Dengan catatan pertama yang saya baca: Pahala kencana”anak tiri menggugat”. Mulai dari itu rasa penasaran saya semakin besar

  5. Sugiarto

    Bahkan saking semangatnya, 1 judul tulisan pun saya baca mpe berkali kali sebelum pindah ke judul yng lain. Mungkin belum seberapa sya baca tulisan mas didik, walaupun cuma berbekal opera mini saya akan terus membaca tulisan mas didik.

  6. Sugiarto

    Sebetulnya bukan pahala kencana”anak tiri menggugat”,yang saya baca dari tukisan mas didik. Tapi kisah pahala kencan yang nyasar di todanan yang saya baca . Yang lucu ,saya tahu belum lama kalau yang saya baca itu tulisan mas didik,setelah saya mengakrabi tajuk kerinduan

  7. didiksalambanu Penulis Tulisan

    Terima kasih sudah berkenan berkunjung, Mas Sugiarto.
    Saya pun turut bersyukur, andai tulisan-tulisan ini bisa sedikit memberi manfaat bagi yang membacanya. Itu yang saya cita-citakan saat membangun rumah maya ini.

    Sepertinya Mas Sugiarto ini punya jiwa bismania juga ya? 🙂

  8. Sugiarto

    Alhamdulillah tulisan tulisan Mas Didik banyak memberikan Inspirasi. Bahwa ternyata dari hal hal yang sebelumnya kita anggap kecil, ternyata kita bisa belajar tentang banyak hal

  9. agus

    baca tulisan-tulisan mas didik serasa ikut perjalanan sesungguhnya. mengingatkan saya era 1993-1996 saat saya sering menempuh perjalanan rembang jakarta. saat itu masih ada artha jaya, TSU, bahkan ada PK non AC rembang jkt cuma Rp 12.500,- Salam kenal masa Didik

  10. wisnu amin

    bercerita tentang suatu proses perjalanan menggunakan armada bus, penggunaan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat penuh makna serta kiasannya dan detail setiap perjalanan, membuat saya tidak pernah bosan membaca setiap tulisan anda…saya tunggu tulisan-tulisan anda selanjutnya… jangan pernah bosan untuk menulis

  11. didiksalambanu Penulis Tulisan

    Terima kasih atas kunjungannya, Mas Wisnu.

    Semoga saya bisa konsisten untuk selalu mengasah pena. Ternyata setelah mulai rajin menulis, ada kepuasan dan kebahagiaan tersendiri yang didapat batin kita.

    Salam kenal.

  12. didiksalambanu Penulis Tulisan

    Maaf baru balas, Mas Agus…

    Salam kenal kembali, Mas. Wah, pasti punya banyak kenangan tentang bus-bus malam saat itu yang bisa digali buat menambah khazanah bus-bus malam era 90-an.
    Kalau tidak salah, tahun-tahun segitu line up bus Kudusan diisi Sari Mustika, Selamet, Artha Jaya, Pahala Kencana, Muji Jaya dan Gajah Asri Raya.

    Mas Agus orang Rembang juga ya?

  13. Rhanie

    ga rugi baca tulisan karya om didik…
    ada inspirasi juga untuk ikut menulis dalam dumay, tapi belum bisa. hehehe
    salam kenal om didik….

  14. agus

    Ya Mas asli Rembang, sekarang tinggal di Tangerang. Sudah lama saya nggak naik bis, terakhir setahun lalu naik NS-71 dari Tangerang ke Rembang. Kangen dengan suasana pantura tahun 90-an (saat kuliah di jakarta ) sebagian besar jalur pantura masih 2 lajur, jadi waktu itu tidak hanya performa mesin yang diandalkan tapi juga kemahiran dan keberanian driver. Dan Artha Jaya adalah yang paling berkesan. Dengan mesin OF (yang non AC) rata-rata sampai Pulo Gadung 1 jam lebih cepat dari Tri Sumber Urip yang kala itu pakai Hino RK atau Pahala Kencana yang sudah pakai MB OH Prima.

    Terus menulis Mas Didik….

  15. khrisna

    wah penulis yang terhormat terimakasih atas masukan tentang jok C71, saya salut and bangga tentang komentar anda moga2 dapat untuk perbaikan produk kedepan yang saya sayang kan kurang pas … kalau bisa komen nya yang santun and kalau mau nyaman ya naik busnya yang klas big top apa pesawat jadi gak capek

  16. ciptonesia

    selalu kecanduan dengan tulisan-tulisan mas didik,,,,
    walaupun dibaca berulang-ulang kok nggak bosen, hehehe…
    terus menulis pak

    from ciptonesia.wordpress.com

  17. gilang

    Salam kenal mas didik, saya salah satu penikmat tulisan sampean, apik tenan mas alur dan kata2 dlm tulisanya, tak tunggu loh mas tulisan yg lainya, soale kabeh tulisan di blog sampean wes tak woco kabeh, hehe

  18. imambepe

    abiz bikin blog baru, saatnya untuk blog walking sekaligus silaturahim. ditunggu caper berikutnya om, terutama via jalur selatan naik BT11 😀

Tinggalkan komentar