Arsip Harian: 2 Juli 2009

Spesies-Spesies Bis Built Up Kota Kembang


Spesies-Spesies Bis Built Up Kota Kembang

Oleh : Bismania Community Bandung

 

Saat ini, tidak banyak populasi bis built up yang beredar di jalanan. Tercatat yang masih rajin mengaspal adalah bis kota PPD, bermesin Mitsubishi, Isuzu dan Hino, beberapa unit Hino milik PO Agra Mas untuk trayek Tanjung Priok-Bogor dan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan para penggemar bis, Scania Irizar K9IB yang dipangku oleh PO Nusantara, Kudus. Regulasi yang ketat dan rumit untuk impor kendaraan built up, mengakali para pelaku pasar dengan metode mendatangkan unit bis secara telanjang, hanya berupa chasis berikut mesin. Sedang urusan “baju”, cukup diserahkan bengkel karoseri yang tersebar di tanah air, khususnya Pulau Jawa.

 

Namun dibalik sisa-sisa armada utuh buatan luar negeri yang masih “relatif belum lama”, jika ditelusuri, ternyata ada bis built up yang datang ke Indonesia pada era sebelumnya.

Berbekal informasi dari Mas Adhie Bageur tentang bis bulit up berbentuk seperti toyota buaya berikut nomor ponsel driver-nya, Pak Donald, kami pun berburu keberadaan bis antik ini. Setelah melakukan kontak dengan beliau, kami diijinkan mengunjungi garasi armada jadoel ini, tepatnya di kompleks Universitas Advent Indonesia (UNAI), di Desa Parompong, Lembang,  Bandung

Saat kami memasuki pintu garasi, hanya ada tiga bis yang bagi kami sudah tidak asing lagi, yaitu 1 unit Mercy 306, dan 2 unit Hino RK Built Up. Namun, kami merasa asing dengan keberadaan dua unit bis dengan model era 70-an, yang biasa digunakan sebagai bis sekolah dalam tayangan film asing.

 

 

International Navystar

 

Species langka ini bermesin International, dengan kapasitas mesin 6.000 cc turbo dan mampu menyemburkan tenaga mencapai 170 HP, bertransmisi automatic, memiliki gross weight hingga 12 ton, serta dengan balutan body dari karoseri Navystar. Ada dua unit bis International, dan cuma ada dua di Indonesia. Bis ini buatan tahun 1990, dan didatangkan ke Indonesia pada tahun 1999 (bis berwarna putih bernopol B B7216 NN) dan tahun 2000 (bis hitam, B7019AX). Bis ini merupakan eks kendaraan militer tentara Amerika Serikat saat bertugas di Jepang.

Bis ini menggunakan AC gantung. Blower pendingin udara berada di bawah body bagian belakang. Dengan demikian, tangki solar yang dimiliki juga ada dua, satu untuk solar mesin dan lainnya untuk AC. Namun saat ini AC dalam kondisi mati, karena evaporator AC sudah keropos dan tidak dapat ditangani lagi.

Kaki-kaki depan bis ini sudah dimodif menggunakan komponen mercy, karena rem aslinya kurang pakem. Sementara komponen aslinya disimpan di gudang.

Awal mula kedatangan bis ini ke Indonesia dilatari ketidakmampuan rekotrat UNAI menyediakan armada yang mencukupi untuk antar-jemput tenaga perawat. Akhirnya Pak Yusuf, kepala bagian otomotif, mengajukan bantuan kepada mantan rektor UNAI yang berada di negeri Paman Sam. Kebetulan mantan atasannya tersebut dekat dengan salah satu pejabat militer di Dinas Pertahanan USA.

Sedianya, pihak UNAI akan diberikan bantuan sebanyak 4 unit bis International. Berhubung masih berstatus commisioning, atas permintaan Pak Yusuf, pada tahap pengiriman, akan diterima satu unit terlebih dulu. Baru setelah dinilai “layak jalan”, para kru mulai familiar cara handlingnya serta paham masalah mesin dan perawatannya,  sisanya akan diambil. Namun satu tahun kemudian, armada lain yang akan diambil ternyata sudah dihibahkan ke Yayasan Advent yang berada di Filipina sebanyak 2 unit. Dari satu unit yang tersisa, oleh mantan rektor UNAI ini, kemudian dimintakan bantuan sebanyak 15 unit kendaraann, diantaranya adalah 1 unit International Navystar, 2 unit Hino RK built up dan mobil-mobil lainnya.

 

Bis International yang sekarang ber-livery hitam, pada awal kedatangannya memiliki warna cat seperti bis International yang pertama. Namun karena ada kesalahan pada BPKB dan STNK, yakni tertulis warna kendaraan hitam padahal pada dokumen import tertulis putih, maka oleh Pak Yusuf “disulaplah” bis ini dengan warna hitam. Ini untuk mengakali kesalahan pihak Samsat dikarenakan dalam pengurusan BPKB dan STNK terlalu berbelit-belit.

Pernah Jadi Artis

Bis international ini pernah menjadi artis pada video klip lagu Peterpan “Di Atas Awan”, dan stripping pada dinding bis ini merupakan kenang-kenangan pada saat shooting . Tak sekedar itu, bis ini juga pernah main film “Sumpah Pocong”. Stiker “Eidelweis” merupakan stiker yang digunakan pada saat take picture untuk sumpah pocong. Kami pun tidak mau kalah dengan para produser rekaman, dengan memberi kenang-kenangan stiker yang kami tempel bagian pintu belakang bis langka dan berharga ini.

Hino Built Up sebelum PPD

Selain dua unit International Navystar, di pool kampus juga terdapat dua hino RK bulit up dari Jepang, dengan kapasitas mesin 10.000 cc. Bis ini dirakit pada tahun 1984, datang ke Indonesia bersama dengan bis International yang kedua. Bis ini datang sebelum Perum PPD mendatangkan Hino built up. Pada saat uji KIR di Jakarta, petugas berwenang mengira bis ini adalah milik PPD. Wajar saja, karena PPD sudah melakukan lobi terlebih dahulu dengan rencana menghadirkan bis built up seken untuk memperkuat armada bis kota. Padahal, faktanya bis ini bukan milik PPD, melainkan milik UNAI. Bis milik PPD baru datang 2 bulan setelah bis ini datang.

”Bis ini juga bekas kendaraan angkut para prajurit perang. Hal ini dapat dilihat pada derajat kemiringan jok –jok bersandaran tegak–, dengan fungsi agar penumpang tidak mudah mengantuk,” tutur Pak Yusuf menyampaikan ilmu berantai dari mantan rektor UNAI.

Pada pintu darurat ada sesuatu yang menarik, terdapat foto sebuah kursi lipat yang tersedia di dalam kabin bis. Namun dalam kenyataan barang ini sudah tidak ada. Ternyata kursi ini hilang pada saat proses bongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tidak hanya kursi yang raib, banyak kelengkapan tambahan yang hilang, satu diantaranya manual book  dari pabriknya, International Navystar. Memang patut disayangkan.

.

Berguru Ilmu dari Pak Yusuf

Sewaktu acara “sowan”, kami mendapatkan banyak ilmu tentang per-bis-an.  Pengetahuan yang sangat berharga adalah ketika mendapatkan ilmu tentang bis International, bis yang hanya ada dua unit di Indonesia. Pak Yusuf dengan senang hati menyambut kami, berbagi ilmu tentang sejarah bis International dan Hino RK built Up.

Yang kami kagumi dari Pak Yusuf adalah pada saat kami tanya, “Bapak disini di bagian apa?”. Dengan rendah hati bapak yang asli Malang ini mengatakan, “Saya disini sebagai kepala otomotif, tapi juga sebagai supir, kadang kernet, montir, tukang cuci. Pekerjaan merawat bis-bis ini adalah pekerjaan saya, Pak Donald dan rekan-rekan disini semua.”

 

“Seorang pemimping seharusnya berada di depan, bukan dibelakang dan berpangku tangan saja. Saat memperbaiki bis saya juga ikut, kadang juga harus “ngolong” sampai rambut ini oli semua,” imbuhnya dengan bijak.

 

Demikianlah sosok armada built up yang dipunya UNAI. Berkat sentuhan dingin Pak Yusuf, Pak Donald dkk, bis-bis ini seakan sehati dengan kemauan dan harapan beliau-beliau. Tetap terawat mesinnya, laik jalan, terjaga kebersihan interior eksteriornya serta lestari keunikan dan eklusivitasnya.  

Smiley Lamp Menuju Meja Hijau


Baru-baru ini, PT Busacc Prima Enterprises, produsen dan vendor aksesoris untuk kendaraan bis di seluruh dunia, mendaftarkan laporan pengaduan di Pengadilan Niaga Jakarta . Korban merasa  terusik, setelah salah satu produknya, yakni rear lamp model smile dijiplak sembarangan oleh PT Busrepair Sejati Limited, sebuah karoseri bis yang berhome base di Kota Solo, Jawa Tengah.

 

Perusahaan asing asal Taiwan ini merasa “lampu senyum” ciptaannya –yang telah menghabiskan gocek yang tidak sedikit untuk research and development, investasi dan promosi– persis dengan buah olah kreativitas yang dibuat oleh bengkel rumahan spesialis body repair tersebut. PT Busacc menilai, produk barangnya telah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan cara mencontek modelnya, meski secara dimensi, bahan dan kualitas jelas jauh berbeda.

 

Kasus perselisihan kepemilikan model produk barang antara perusahaan asing dan lokal ini, bisa jadi menjadi sinyal pertama penegakaan hukum atas Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di ranah perdagangan yang bersinggungan dengan dunia transportasi darat bis.

 

Memang belum jelas apakah tergugat menggunakan imajinasinya sendiri, atau memiliki itikad tidak baik memdompleng ketenaran ketika menciptakan model rear lamp smiley tandingan. Namun nyatanya, kasus ini telah bergulir dan sedang tahap pemeriksaan oleh aparat pengadilan.

 

Namun semua tuduhan yang dialamatkan kepada PT Busrepair tersebut dibantah oleh kuasa hukumnya, John Nggedhebuz. “Gugatan penggugat tidak dapat diterima,” kata John dalam dokumen pembelaannya pada pertengahan pekan lalu.

 

Menurut John, aduan Busacc itu kabur. “Penggugat menyatakan modelnya lebih dahulu dikenal, namun alasan dan atau kriteria keterkenalan smiley lamp itu tidak didalilkan,” katanya.

 

Alasan penggugat yang menyebutkan pendaftaran model produk milik kliennya di pelbagai negara telah memberi kesan suatu model terkenal, menurut pengacara handal ini, debatable.

 

Alhasil, genderang perang antara Bussacc dan Busrepair untuk menentukan siapa sebenarnya yang berhak atas “lampu senyum” sudah ditabuh. Masing-masing kuasa hukumnya sudah menyiapkan dalil-dalil dan fakta-fakta hukum ke muka persidangan nantinya.

 

Siapa yang lebih berhak atas model dagang tersebut, akan tergantung pada keputusan hakim Pengadilan Niaga Jakarta.

 

Inilah kedua model Smiley Lamp yang tengah jadi polemik.

 

Versi PT Busacc Prima Enterprises

4

 

Versi PT Busrepair Sejati Limited

LJ

 

🙂

Kopdar Kebun Raya Bogor; BMC Punya Mbok Bariyah


Siapa bilang bismania hanya identik dengan armada bis semata? Cangkruk di terminal eta mah biasa. Ngebahas mesin adalah mata kuliah wajib. Bedah karoseri juga seringkali. Apalagi serunya saling share cerita turing, ngga ada bosannya.

 

Ternyata oh ternyata….Bismania punya taste yang lain. Bismania pun aware and care dengan aksi back to nature.

 

Untuk urusan yang satu ini, Bismania Community pantas berbangga memiliki member penggiat alam lingkungan berikut flora dan fauna yang ada di alamnya. Dialah Nick Ayu dan Asman Adi, anggota dari chapter Bogor.

 

Berawal dari ide mereka berdua untuk meng-host sebuah acara dengan kemasan yang berbeda, setelah melalui tahap pertimbangan, discusing, hearing dengan pengurus, hingga ketok palu untuk end decision, terbitlah SMS Broadcasting, “Kopdar BMC sambil makan rujak di Kebun Raya Bogor, tanggal 21 Juni 2009. CP : Nick Ayu”

 

Hiruk pikuk kehidupan hari Kota Bogor yang mulai menggeliat, menyambut kedatangan para bus lover dari segala penjuru mata angin. Kampung Rambutan, Serang, Tanjung Priok, Bekasi, Pulogadung, Cikarang bahkan Bandung. Sebagai meeting point dipusatkan di Botanical Square Pool Damri Baranang Siang. Tercatat 20 member mengcontreng absen kehadiran, menggenapkan bukti bahwa simpatisan Bismania Community cukup solid, menjunjung tinggi nilai pertemanan, penuh pengorbanan dan concern terhadap kelangsungan komunitas.  

 

Dalam rombongan besar, langkah kaki kami arahkan menuju pintu IV entry gate ke Kebun Raya Bogor (KRB), melewati tugu kujang yang tegak berdiri di Jalan Padjajaran. Meninggalkan Asman Adi yang sebelumnya diserahi tugas berbelanja buah sebagai bahan rujakan dan mengemban amanat sebagai pembawa amunisi dan perbekalan perang.  

 

Belum sampai masuk ke lokasi wisata, dikomandoi makhluk yang paling ayu, gerakan narcisme para calon perujak pun merambat muncul. Tak kenal tempat, tak kenal waktu dan tak kenal situasi. Di bangunan dome ala eropa, kita langsung mengabadikan momen berharga ini dengan berfoto-foto ria, dibawah jepretan tukang foto amatiran, Aam Bule.

KRB Dome

 

Puas berpose manis dan memajang camera face, kami ditodong Ibu Ketum Rujakan untuk menyerahkan sejumlah uang demi menebus tiket masuk dan sedikit sumbangan untuk mengisi kas. “Tamu bukannya dilayani, malah melayani tuan rumah, “ gerutu kami. (Hehehe…piss ya Nick.)

 

Dan di area pintu masuk ini, kami menjadi saksi keakraban dua sejoli yang selalu seiya sekata, diam-siam mesra dan menebarkan aura romantisme anak muda. So sweet…Terlihat mata Mas Yudi menerawang jauh ke awang-awang sesaat setelah menyaksikan adegan yang pernah dikecapnya masa silam. Alam ingatannya teringat kampung halaman di Malang. Mupeng ya Mas?

 

Hasil dari bujuk rayu Nick yang penuh hiba kepada petugas loket, kami beruntung dikenai tarif tiket batas bawah seharga Rp9.500,00,-seharusnya Rp11.500,00 untuk weekend-. Kami langsung dihadiahi teduh dan hijau daunnya pepohonan koleksi Kebun Raya Bogor. Hawa cukup segar, sejuk dan kaya O2, beda jauh dengan aroma solar, CO2 dan pengapnya udara di area terminal bis yang seolah menjadi konsumsi wajib hidung para bismania. Benar apa yang dikata Mas Fathur, bahwa inilah saatnya kita mencuci paru-paru  yang penuh polutan, untuk direfresh dengan udara bersih sebagai detergen-nya.

 

Saat berjalan di depan Café Dedaunan yang terletak di dalam kawasan peninggalan CGK Reinwardt ini, kami mendapat kabar bahwa sesepuh dan dewan pembina BMC, Om Harsono-nama online Blegur- dan Om Arga-momod milis- sedang final approaching menuju KRB untuk merapat.

 

Jadilah, masa iddah (tunggu) ini kembali diisi untuk mengekspresikan sifat narcis dan keganjenan. Kembali kami berfoto-foto dengan aneka gaya, cocok dijadikan model dadakan untuk sampul majalah dunia supranatural.

KRB Band

Tak selang lama, Om Blegur and family dan owner PO Mas Arga (bukan Agra) dengan istri tercintanya datang bergabung. Sekian lama tidak bersua sesepuh BMC, kami pun bersuka cita. Bagaikan anak ayam bertemu induknya. Kami merindukan wejangan dan nasehat dari beliau, untuk meng-assist langkah-langkah kami ke depan dalam memajukan komunitas.

 

Beramai-ramai kami menelusuri jalan-jalan kecil di dalam Kebun Raya, menikmati lukisan alam buatan yang disajikan. Ratusan pohon besar khas hutan tropis berumur seabad lebih tinggi menjulang mencakar langit, diseling dengan vegetasi flora dari keluarga palm, bamboo dan aneka bunga. Terlihat teratai raksasa yang konon mampu menahan beban anak kecil menghampar di atas kolam di depan café. Tak terhitung beragam satwa burung terbang dan hinggap di dahan-dahan pohon, menambah indahnya panorama pagi di Kebun Raya.

 

Dalam kacamata bismania, kami membayangkan andaikata terminal bis berkonsep 2 in 1, ruang hijau dan terminal dalam satu lahan, alangkah impresifnya program pembangunan saat bertema ramah lingkungan dan turut andil men-slow down pemanasan global. Kapan ya angan-angan liar ini terwujud?

 

Setelah dirasa cukup menggerakkan raga dan memacu kerja jantung untuk mengalirkan oksigen ke pembuluh-pembuluh darah, kami pun berhenti di tepian telaga Gunting. Menikmati gemiricik air mancur di telaga dengan background istana Bogor, kami menggelar lapak sederhana. Suasana di pinggir telaga cukup ramai, mengingat saat itu hari minggu dan bertepatan dengan musim liburan sekolah.

 

Neng geulis ini pun berubah peran menjadi Mbok Bariyah, si penjual rujak asal Pulau Madura. Sedang yang lain duduk manis, ngobrol ngalor ngidul, debat kusir bahkan perang opini dengan topik pembicaraan yang tidak OOT dari bis. Dibantu Mas Wahyu, Asman, Mas Yudi, Mas Awig, dengan cekatan cucu Ronggolawe ini menyiapkan hidangan pemanja perut kami yang mulai didera rasa lapar. Mulai mangga, nanas, mentimun, bengkoang, dan jambu air dikupas dan diiris kecil-kecil. Siang-siang begini, air liur siapa yang tidak menetes dihadapkan dengan menu rujak petis. 

KRB Rujak

Tak perlu waktu lama,-karena bumbu sudah homemade by istri Mas Wahyu dan Nyonya Mas Aziz-, menu rujak yang dinamai “Rujak Special BMC ala Cah Ayu” terhidang. Kami langsung menyerbu Cah Ayu…eh rujak bumbu kacang untuk membayar  air liur yang mulai mengering. Bergantian jari jemari kami mencomot irisan buah segar yang ada. Agar aspiratif dengan selera lidah, disediakan tiga opsi untuk bumbunya, pedas, manis dan original.  Dalam acara kumpul-kumpul, pasti sesi makan-makan adalah puncak meriahnya acara. Demikian pula berlaku untuk Kopdar Kebun Raya ini. Dalam sekejap, sajian ludes tak tersisa. Pedas, asam dan manis saling berpadu.

KRB Makan

 

Laris manis tanjung kimpul, yang jual manis, pujian terkumpul… 

 

Inilah indahnya kebersamaan dan buah sense of belonging terhadap komunitas yang ditunjukkan member BMC. Meski berbeda status sosial, asal daerah, profesi, suku, ras dan warna kulit, dengan tali simpul yang bernama hobi bis, nyatanya cukup kuat untuk mengikat kami dalam komunitas bismania.

 

Dari sekedar acara makan rujak, sejatinya sebuah kebersamaan besar Bismania Community  sedang kita pertontonkan.

KRB Telaga

 

Bogor sweet Bogor…

21 Juni 2009

BMC Jelajah Bumi Rembang (2); Geliat PO-PO Kota Garam


Mutiara dari Timur itu Bernama “Subur Jaya”

 

“Selamat siang, tamu dari mana ini?”, sapa Om Kenang saat kami beramai-ramai memasuki kantor PO Subur Jaya yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 31A Rembang.

 

Sebagai tamu, kami pun mengenalkan diri beserta komunitas BMC dan menjelaskan maksud serta tujuan kunjungan ke PO Subur Jaya.

 

Kami sendiri ditemui Om Kenang dan adiknya Om Ari selaku tuan rumah, saat bertandang perdana ke pool. Mereka berdua adalah penggiat otomotif dan penggila modifikasi kendaraan. Sekarang ini, keduanya saling bahu membahu menggawangi pucuk pimpinan secara kolektif PO Subur Jaya. 

 

“Wah, ternyata ada komunitas bismania Indonesia. Dan banyak lagi anggotanya. Hmm…tapi sayang, semua armada kami sedang jalan wisata. Mau tidak, kami ajak melihat armada terbaru kami? Baru tiga hari kami ambil dari karoseri. Hanya inilah yang tersisa, karena sedang menunggu surat-surat resmi dari samsat keluar. Kalau berkenan, mari langsung ke garasi belakang saja!” ajak Om Kenang yang disambut suka cita rombongan BMC. Siapa yang tidak tergiur ditawari penampakkan armada baru.

 

Dan yang membuat kami takjub, sosok Hino RK8 dibalut busana Marcopolo buah karya Adi Putro masih fresh from oven, kinyis-kinyis dan wetlook serta plat nomor masih berlatar warna putih. Sangat-sangat menawan dan memanjakan indra penglihatan.

Armada Subur Jaya

 

“Inilah armada kedelapan kami yang baru Mas. Armada kami sebelumnya campuran, mulai Hino RK8, MB 1525 dan XBC-1518. Dan rencananya, tahun ini kami akan membeli 4 atau 5 unit lagi, karena kami selalu kekurangan bis akibat order yang melimpah untuk wisata,”  jelas Om Kenang. “Namun, tinggal dua pilihan mesin. Untuk XBC-1518, saya menilai lemah power, kurang tenaga dan minim dalam hal kenyamanan. Apalagi ditugaskan untuk wisata yang membawa penumpang bisa sampai 60 orang, Mercy ini kurang bisa diandalkan.” 

 

“Untuk urusan karoseri, untuk bis baru kami percayakan kepada Adi Putro dan Morodadi Prima. Adi Putro unggul soal model, finishing dan kerapihan interor, sedang Morodadi menang dalam handling kendaraan saat dikendarai, kekokohan dan life time,” imbuhnya.

 

Kebetulan PO Subur Jaya masih satu kampung dengan penulis. Di tahun 80-an, cikal bakal Subur Jaya diawali dari bisnis angkutan dengan membuka rental kendaraan, dengan armada Mitsubishi jenis station wagon. Usaha awal didirikan oleh Kim Swie, ayah Om Kenang dan Om Ari. Kemudian berkembang dan terus mendiversifikasi usaha hingga angkutan micro bus Rembang-Blora dan medium Bus Sarang-Tayu. Ditopang bisnis lain berupa toko bahan bangunan, warung fotokopi dan alat tulis kantor, dan bisnis jual beli mobil bekas, sekarang bisnis Kiem Swie semakin menggurita di kota garam.  Dan seakan tidak puas dengan raihan bisnis yang telah ada, Subur Jaya mendirikan usaha big bus.

 

PO Subur Jaya baru berdiri pada tahun 2007. Armada terbaru pertamanya adalah MB OH 1525 model Setra Selendang Adi Putro. Tidak hanya menyandarkan unit baru, Om Kenang juga rajin menyambangi leasing yang menangani bis-bis bermasalah dalam pembayaran dan selanjutnya dibeli secara lelang. Harga yang didapat jauh lebih murah daripada membeli dari pemilik PO langsung. Hasilnya, satu persatu armada seken datang untuk memperkuat jajaran “amunisi”nya. Dan yang membuat kami mengacungkan jempol, bis-bis barunya pun di-costumized dengan kemewahan dan kenyaman armada. Tidak ada bis yang asal jalan, semua telah disulap dengan taste yang berbeda dengan bis lain. Dalam rentang dua tahun, sudah 20 bis besar yang digenggam. Belum termasuk armada medium, bis kecil dan sejumlah L300. Tak salah, kalau PO ini disanjung ibarat sang fenomenal.

 

“Kami tidak akan setengah-setengah mengelola PO Mas. Kami bosen otak atik mobil-mobil kecil, mainan kita sekarang kendaraan besar (baca : bis),” tekat Om Ari dengan bangga.

 

Kami pun mengamini semangat beliau, saat dipertontonkan armada barunya. Karoseri berkelas Royal Coach SE, dengan tambahan modifikasi berupa rangka support yang melekat pada chasis agar kendaraan tidak limbung, seperti yang dikeluhkan sopir saat membawa Hino edisi terbaru ini. Dengan corak bodi laksana colourmark telkom fleksi, yang menggugah hasrat dan selera bepergian bersamanya.

 

Saat menjajal piranti audio visual, kami tambah berdecak kagum. Suaranya menggeledar tapi tetap lembut di telinga. Setingan audio begitu pas dengan dimensi kabin dan media peredaman berfungsi secara nyata. Perlengkapan power audio, penambahan kapasitor bank hingga penempatan speaker dihitung secara cermat hingga menghasilkan kualitas suara yang jauh di atas standar, melebihi ekspektasi penumpang itu sendiri. 

Subur-Jaya-Interior

Dan sesuai janji Om Ari, nantinya semua armada terbarunya memiliki spesifikasi minimal seperti armada “Green Fleksi” ini. Untuk yang bermesin Hino, ke depannya semuanya akan dibenamkan piranti balon udara (air suspension) untuk menunjang kenyamanan.

 

Saat kami singgung tentang langkah bisnis ke depan, terutama rencana membuka bis AKAP reguler, Om Kenang menjawab dengan realistis.

 

“Sementara kami concern ke pariwisata Mas. Itupun kami masih keteteran menyediakan armada. Agen-agen wisata mulai dari Semarang, Kudus, Purwodadi, Tuban hingga Solo banyak yang telah menjalin kerjasama dengan kami. Kami sendiri tak pernah membayangkan, dalam jangka waktu dua tahun, nama kami telah dikenal luas. Justru ini semakin melecut kami, untuk selalu memperbaiki pelayanan yang kami berikan,” katanya berapi-api.

 

“Nah, beruntung ada BMC datang ke sini. Open saja, kami telah mengantongi ijin trayek Bangilan-Jakarta dan Cepu-Jakarta. Cuma kami tidak mau gegabah terjun ke bisnis AKAP. Kami sadari, bis wisata juga ada musim sepinya, demikian juga bis reguler. Kami ingin memadukan dua usaha ini, saling bergantian untuk mengisi. Kami masih perlu waktu. Kami balik menodong BMC, apa masukan, gagasan dan saran buat PO Subur Jaya dalam persiapan merambah pasar bis malam? Kami paham soal teknis kendaraan tapi kami buta dengan kondisi di lapangan!” tantangnya saat mengakhiri kunjungan kami. 

Subur-Jaya-Foto Bersama

Berikut ringkasan testimoni beberapa member BMC sesaat setelah kunjungan ke PO Subur Jaya.

 

Mas Hary : Ini bukan sekedar PO, ini sebuah kesempurnaan

Mas Indra : Kalau nanti nge-line, bisa membuat ketar ketir PO lain dan pasar penumpang bakal terkoreksi

Mas Ferry :  Ck…ck…ck…pesona bis-bis Plat K tak pernah ada habisnya.

 

Akankah mutiara terpendam dari timur ini akan menggeliat muncul ke permukaan?

 

Akhir Penjelajahan

Menjelang waktu ashar, rangkaian acara BMC Jelajah Bumi Rembang pun berakhir. Setelah setengah hari bertemu, kami pun berpisah, kembali dengan kepentingan dan keperluan masing-masing.

 

Konklusi yang kami dapat, hasil didikan alam Rembang yang keras dan panas, melahirkan sosok pengusaha bis yang handal, mumpuni dan tahan banting, seperti yang ditunjukkan Bapak Paryono, Om Kenang dan Om Ari.

 

Semoga kembali berjaya PO-PO Plat K xxxx D, berprestasilah selayaknya kejayaan yang pernah dicapai PO Artha Jaya puluhan tahun silam!   

 

 

Rembang, 14th  June, 2009 

Unforgettable moment with BMC.