Pak Wahyu; Aktor Gas Poll


“Pak Wahyu ya!? “

Kusapa seorang driver yang tengah berdiri di beranda RM Taman Selera.

Aku yakin, beliau yang di-tag Mas Qie Firdauzz pada kolom komentar statusku. “Salam buat pilot, Pak Wahyu Wirawan ,”

“Inggih, Mas, saya Wahyu,” balasnya ramah.

“Saya temannya Mas Okky Pahala. Dia titip salam buat Pak Wahyu,” kataku. Lantaran aku diamanahi menyampaikan salam, wajib aku tunaikan.

“Oh iya, Mas. Tadi juga Okky kirim WA dan nge-tag di fb, bilang ada penumpang ikut Helios dan bikin status di medsos,” ungkap pria asal Jogja itu.

***

“Mas Didik, ini busnya agak lama berhenti. Krunya pada numpang mandi di sini. Karena hari ini 27 Trans tem pertama di Kemayoran, kami belum nemu kamar mandi yang layak,” bilang Kang Arul, agen Tanjung Priok, meminta permakluman.

Sembari aku mengulik A-Z soal armada dan fasilitas, sekilas aku perhatikan tiga sekawan awak bus prepare diri sebelum keberangkatan.

Usai bersih-bersih badan, mereka menuju bagasi samping kanan yang dikaryakan sebagai bilik rias.

Kemeja batik lengan panjang dengan motif sawunggaling dikeluarkan dari koper sebagai uniform resmi 27 Trans. Dikenakan serapi mungkin, membuat terlihat

keren dan parlente dengan outfit yang bertema budaya lokal.

Lalu rambut disisir dan ditata dengan apik, dan tak lupa men-spray-kan parfum ke tubuh.

Dipungkasi mengenakan kaos kaki sepaket dengan sepatu pantofel yang glowing berkat sapuan semir.

Sebagai penjual layanan transportasi, mereka harus tampil ganteng dan maskulin di depan pengguna jasanya.

Soal penampilan kru saja detail, apalagi soal pelayanan sepanjang jalan! Itulah impresi yang aku gali perihal keunggulan 27 Trans.

Serasa aku tertampar.

Sebagai sesama penjaja jasa, aku tak sanggup se-riwueh itu. Ke kantor ya ala kadarnya.

Berseragam seformalnya, rambut di-jungkas-i sekenanya, sepatu pun ya waton diblusuk’e. Tak kinclong amat, pudar kilau polesan ‘Kiwi’-nya.

Toh pikirku, waktu di kerjaan lebih dominan di lapangan. Muka rentan terpapar polutan serta radikal bebas, baju basah oleh peluh keringat, serta badan gampang kotor oleh debu dan tanah.

So, buat apa tampil kece, necis, dan good looking? 😁

Apalagi usai menyimak driving style Pak Wahyu selalu joki pinggir sepanjang Tanjung Priok hingga exit Cikamurang. Alus, banter dan geloranya untuk selalu memimpin di depan susah dibantah. Jago nyari celah dan kesempatan buat mengembangkan roda besutannya untuk terus menggulung waktu.

In line dengan cap ‘aktor gas poll!’

Aku puji kesemuanya itu dengan membalas WA Mas Oky.

“27 nemu mutiara, bernama Pak Wahyu!”

***

“Ke depannya, bos kami akan melirik Mercedes Benz untuk armada AKAP-nya, Mas. Dari banyak masukan teman sesama owner, Mercy lebih menjanjikan soal kenyaman, ketangguhan dan dukungan service untuk beroperasi di tol panjang, ” beber eks penggawa PO Purnayasa, Bali, itu.

Pantas saja, unit-unit baru asuhan PT Inspired Sinar Abadi digelontor Cikar Bavaria. Mulai 2 unit OH 1626 MHD Double Glass untuk Urban Class, 2 unit OH 1626 MHD Single Glass untuk President Class, dan yang terbaru 3 unit OH 1526 Air Suspension Single Glass.

“Saya salut dengan 27 Trans, Pak Wahyu. Dalam waktu singkat, berkembang pesat, ” sanjungku atas sepak terjang korporasi asal Lowokwaru, Malang, itu.

“Alhamdulillah, Mas, saban hari kami memberangkatkan 7 armada, baik arah barat maupun timur,” ujar pramudi senior dan kaya jam terbang itu.

Tak keliru memang jika angkutan pariwisata yang melakukan pivot usaha dengan merambah layanan Antar Kota Antar Provinsi aku predikati sebagai ‘Best Rookie of the Year! 👍

“Bablas Malang saja ya, Mas? Sekalian main ke garasi kami,” challenge Pak Wahyu di akhir obrolan lantaran Helios bersiap melanjutkan voyage-nya.

Attah tah!

Tawaran yang nggemeske sebenarnya, tapi lidah ini mendadak kelu. Dengan izin dan alasan apa ngomong ke Bu Kapolda!? 🤔

Aku tak cakap bermulut manis. 😁

Tinggalkan komentar